Penulis: I Nyoman Budiono, M.M. (Dosen Kewirausahaan Iain Parepare) Warung tetangga sudah tidak asing lagi bagi kita, berangkat kantor...
Penulis:
I Nyoman Budiono, M.M. (Dosen Kewirausahaan Iain Parepare)
Warung
tetangga sudah tidak asing lagi bagi kita, berangkat kantor, pulang kantor,
berangkat olah raga, pulang olah raga, barangkat ke pasar, pulang dari pasar,
berangkat ke mall pulang dari mall selalu kita lewati sebagaimana halnya dengan pemandangan lain berlalu sepintas tanpa
membekas. Taukah kita betapa warung
tetangga berharap kunjungan kita untuk membeli sebungkus dua bungkus garam,
seliter dua liter minyak goreng, sekilo dua kilo gula pasir, hanya untuk sesuap
nasi bagi keluarganya, hanya untuk
penyambung hidup bagi keluarganya, namun harapan itu tinggal sebuah penantian
kalau kita tidak peduli terhadap warung tetangga kita.
Memang
tidak seperti apa yang kita bayangkan ketika kita belanja di mall-mall besar,
berkeramik besar nan indah, ber ac yang sejuk dan nyaman, para sales promotion girl yang dengan penuh
empati dan antusias menawari kita produk-produk
dari berbagai merek terkenal, diwarung tetangga kita hanya dilayani
dengan kesederhanaan, dengan kepolosan, dan dengan ketulusan. Senyum ceria
tampak tersungging diwajah penunggu warung tetangga, tegur sapa yang halus
terlantun dari bibir tetangga yang hanya berbajukan daster-daster sederhana
tanpa papan nama tergantung didadanya, ucapan terima kasih yang tulus terucap
spontan dari wajahnya yang polos penjual warung tetangga yang bersongko peci
baru selesai mengerjakan ibadah sholatnya. Semua itu menghiasi transaksi di
warung tetangga sebelah rumah kita, warung tetangga di sebelah lorong rumah
kita, warung tetangga di jalan-jalan poros perkampungan tempat kita rebah
membaringkan diri setelah seharian bekerja tiada henti hanya untuk menjalani
kehidupan yang diberikan Tuhan hanya sekali bagi setiap insan jiwa-jiwa yang
ada di muka bumi ini.
Pernahkah
kita berpikir, siapakah yang pertama datang memberikan pertolongan ketika
anggota keluarga kita berteriak minta tolong? siapakah yang akan datang
pertama memadamkan api ketika rumah-rumah kita terbakar? siapakah yang
pertama kali mengejar pencuri/perampok yang mengganggu rumah kita disaat kita
tidak berada di rumah? siapakah yang akan menguburkan dan mendoakan kita
ketika kematian telah datang menjemput kita? Jawabannya adalah “tetangga
kita” bisa jadi tetangga tersebut juga sekaligus sebagai pemilik warung sebelah
rumah. Namun kebanyakan kita lupa, kebanyakan kita tidak berpikir ketika kita
hendak belanja, yang ada di dalam pemikiran kita belanja untuk kebutuhan selama
satu bulan di mall-mall ternama sekalian dengan menikmati musik-musik yang indah,
menikmati pemandangan mol yang indah-indah, sehingga tanpa disadari warung
tetangga kita mulai terabaikan, warung tetangga kita mulai terlupakan bahkan
bagi sebagian orang merasa gengsi kalau belanjanya Cuma di warung. Ini semua realita hidup yang disadari atau
tidak terjadi terhadap diri kita sendiri.
Saat
ini bencana atau musibah yang disebabkan oleh Covid 19 datang bagaikan petir menyambar, ribuan orang diseluruh
dunia telah meninggal dunia, tempat-tempat ibadah, tempat keramaian dan tempat
hiburan, pasar-pasar, sekolah-sekolah, perguruan tinggi dan lain-lain yang
tadinya menjadi tempat berkumpulnya orang-orang kini menjadi sepi karena adanya
social distance, yang membatasi kontak sosial, sehingga komunikasi sosial telah
berubah menjadi komunikasi yang on line dengan menggunakan hp, laptop,
dll. Semuanya itu dilakukan semata-mata
untuk membatasi mata rantai penyebaran dari Covid 19 dan semata-mata untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bagi komunitas manusia di muka bumi ini. Keadaan ini mau tidak mau, suka atau tidak
suka merubah kebiasaan hidup kita dalam segala aspek kehidupan termasuk
perilaku belanja kita yang tadinya mungkin suka belanja di mall-mall yang penuh
keramaian dan belanja di tempat-tempat keramaian lainnya mulai bergeser menjadi
belanja ke warung-warung tetangga kita untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Hal ini sangatlah positif mengingat belanja di warung tetangga memiliki dampak yang cukup besar dalam
berbagai aspek kehidupan manusia.
Secara
singkat keuntungan atau manfaat belanja di warung tetangga antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Untuk kondisi saat ini maraknya virus Covid
19, sudah barang tentu menjadi alasan utama untuk belanja di warung tetangga agar
terhindar dari tempat-tempat keramaian yang dimungkinkan adanya Covid 19
tersebut.
2.
Belanja di warung tetangga tentu menghemat segalanya baik waktu maupun uang
karena cukup jalan kaki atau naik motor sebentar saja sudah sampai, dan tidak
perlu bayar uang parkir.
3.Terjalin
tali silaturrahmi yang baik dengan tetangga kita.
4.
Belanja di warung tetangga senantiasa mendapatkan harga yang baik dan
kompetitif, hal ini terjadi karena warung tetangga senantiasa menjaga
kepercayaan kepada tetangganya dengan memberikan harga yang wajar dan
terjangkau.
5.
Secara tidak langsung membantu meningkatkan ekonomi pemilik warung tetangga
kita.
6.
Suatu saat bila dibutuhkan, pemilik warung tetangga kita dengan sigap akan membantu kita karena sudah
ada hubungan emosional yang baik selama ini.
7.
Dan lain-lainnya.
Tidak
bisa dibayangkan bila setiap kita tergerak untuk memperhatikan warung milik
tetangga kita terutama dalam membeli barang kebutuhan sehari-hari yang telah
disediakan oleh warung milik tetangga kita, tentunya akan memiliki dampak
sosial dan ekonomi yang cukup besar dalam tatanan kehidupan masarakat kita. Satu hikmah positif yang bisa dipetik dari
musibah Covid 19 ini, yaitu “Corona
mengajarkan kita untuk belanja di warung tetangga”.
Tidak ada komentar