Skip ke Konten

Dua Dosen FUAD Jadi Narasumber dalam Festival Jalur Rempah 2025

19 Desember 2025 oleh | Belum ada komentar

Humas IAIN Parepare – Dua dosen Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Parepare, Ahmad Yani dan A. Nurkidam, tampil sebagai narasumber dalam Festival Jalur Rempah 2025 yang mengusung tema “Eksotisme Jalur Rempah Sulawesi Selatan”. Kegiatan tersebut berlangsung pada, Minggu(7/12/2025) di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Parepare dan dihadiri para guru IPS, mahasiswa, serta berbagai komunitas budaya.


Pada kesempatan itu, Ahmad Yani membuka pemaparan dengan mengulas kembali posisi penting Jalur Rempah sebagai jaringan antarbangsa yang menghubungkan nusantara dengan berbagai peradaban dunia. Menurutnya, pantai barat Sulawesi Selatan sejak berabad-abad lalu telah menjadi simpul perdagangan dengan komoditas utama berupa hasil hutan dan beras. Perputaran ekonomi ini, ujarnya, tidak hanya melahirkan aktivitas dagang semata, tetapi juga membentuk kekuatan politik, struktur sosial, dan dinamika kebudayaan masyarakat setempat.


Ketua Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) itu menegaskan bahwa Sulawesi Selatan layak disebut sebagai salah satu jejaring penting dalam Jalur Rempah Global karena letaknya yang sangat strategis. Makassar, sebutnya, telah lama dikenal sebagai pelabuhan internasional dan pusat distribusi barang ke kawasan Asia hingga Eropa. Sementara Bacukiki/Soreang dan Suppa berperan sebagai pelabuhan pengumpul hasil bumi yang kemudian diperdagangkan ke berbagai kawasan.


Lebih jauh, Ahmad Yani menjelaskan bahwa aktivitas perdagangan ini secara langsung mempengaruhi intensitas hubungan Sulawesi Selatan dengan bangsa-bangsa asing seperti Cina, Portugis, dan Arab. Interaksi tersebut memperkaya kebudayaan lokal sekaligus memperluas jejaring diplomasi, menciptakan ruang pertukaran pengetahuan, teknologi, dan tradisi yang masih dapat dilacak jejaknya hingga kini.


Sementara itu, A. Nurkidam, juga menjadi narasumber menyoroti aspek kultural Jalur Rempah melalui sudut pandang eksotisme dan identitas maritim nusantara. Menurutnya, pembahasan tentang Jalur Rempah tidak dapat dipersempit hanya pada aktivitas jual beli komoditas, tetapi merupakan narasi besar yang mencerminkan kemajuan peradaban global di kawasan nusantara.


Dalam penjelasannya, A. Nurkidam menegaskan bahwa Jalur Rempah Sulawesi Selatan menyimpan nilai warisan budaya yang sangat penting untuk direnungkan dan dilestarikan. Ia menyebut bahwa kemaritiman, jaringan perdagangan internasional, dan diplomasi budaya merupakan pilar identitas historis masyarakat Sulawesi Selatan yang semestinya terus dikaji dan diwariskan kepada generasi muda.


Kegiatan ini mendapat perhatian besar dari peserta yang antusias mengikuti seluruh sesi diskusi. Para guru IPS melihat materi tersebut relevan untuk pengayaan pembelajaran sejarah dan kebudayaan di sekolah, sementara mahasiswa menganggapnya sebagai perspektif baru untuk memahami hubungan Nusantara dengan dunia.


Kegiatan Festival Jalur Rempah 2025 ini tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga menjadi momentum untuk menghidupkan kembali kesadaran historis masyarakat tentang pentingnya Jalur Rempah sebagai identitas budaya dan pintu masuk peradaban nusantara. Melalui kegiatan  ini, nilai-nilai warisan budaya Sulawesi Selatan dapat terus diperkuat dan diperkenalkan kepada publik luas.


Dengan hadirnya dua akademisi FUAD sebagai narasumber, IAIN Parepare kembali menunjukkan kontribusinya dalam penguatan literasi sejarah sekaligus memperkaya wacana kebudayaan lokal dan nasional. (shz/mif)

di dalam Berita Fuad
Masuk untuk meninggalkan komentar